Unsur Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik dari cerpen "Sumi dan Gambarnya"
1.
Tema
PemberontakanPada cerpen ini dikisahkan bahwa ada seorang
wanita bernama Sumi yang hidupmenderita karena sering mendapatkan perlakuan
tidak menyenangkan dari sangsuami, Bejo. Karena merasa terkekang dan tersiksa hidup
di desa bersama Bejo, Sumipun memutuskan untuk pergi ke kota dan bekerja
sebagai buruh pabrik di sana. Meskipun banyak cobaan dan rintangan yang
menghalanginya untuk pergi ke kota, iat etap saja nekat pergi dengan segala
resiko yang ada.
2. Penokohan
a) Sumi : tegar, penurut, pendendam.
Bukti : “Saya akan binasakan mereka! Saya tidak
bakal puas kalau tidakmembinasakan Bejo dan pelukis itu,” jerit Sumi sambil
menangis.
b) Bejo : kejam, tidak setia, tidak bertanggung jawab
Bukti : di antara jam-jam kerja, dia merindukan keluarganya, bahkan Bejoyang
kabarnya sudah menikah lagi dengan perempuan lain.
c) Pelukis : materialistis, tidak menepati janji, kasar
Bukti : Sumi tertegun. Bukankah pedagang itu pernah berjanji, tak bakalmenjualnya,
sekalipun gambarnya ditawar mahal.
d) Kolektor : Menepati janji, baik
Bukti : “Yah, sekarang anda tahu, kan? Kami
merawatnya dengan baik sekalisehingga gambar itu maish tersenyum bahagia”
e) Pardi : baik, setia
Bukti : Menurut Juminten, Pardi lebih baik dari si Pelukis maupun Bejo.
f) Juminten : mandiri, bijaksana
Bukti : Jumiten memberi nasehat, “Kita Cuma orang
biasa. Tidak usah berpikir aneh-aneh. Lebih baik kau menikah
saja dengan Pardi...”
g) Mahasiswi : baik, cinta seni
Bukti : “Bapak seharusnya tidka sekasar itu pada simbol kebahagiaan kita!”
3. Latar
a) Tempat :
1.
Toko
Bukti : dia memajang lukisan itu di tengah-tengah tokonya.
2.
Rumah mewah
Bukti : Lukisan Sumi terpampang di rumah mewah sang kolektor.
3.
Kamar
Bukti : dan keduanya kini membiarkan dia terlempar ke kamar sempit ini.
b) Waktu
Dua atau tiga tahun lagi
Bukti : Bejo mengatakan, sebaiknya dua atau tiga tahun lagi mereka punya anak, kalau Bejo sudah punya pekerjaan yang lebih bagus. Sumisebetulnya
ingin membantah.
c) Suasana
1) Tegang
Bukti : "Kamu tidak pernah mau belajar jadi istri yang baik," kata
bapaknya berang. Sumi gelagapan. Dia merasa salah dan
tidak tahu apa yangbisa diucapkan kepada bapaknya.
2) Sepi
Bukti : Dengan kacau dia pulang ke rumah kontrakkannya yang sedang sepi.
3) Menegangkan
Bukti : "Kalau kamu tidak keluar dari sini, saya akan lapor polisi!’’
4. Alur
a) Pengenalan
Kehidupan Sumi dan suaminya, Bejo di sebuah
desa. Keadaan Sumi yang merasa tersiksa dengan keadaan rumah
tangganya bersama Bejo.
b) Masalah muncul
Sumi ingin pergi ke kota, tetapi tidak diperbolehkan olehBejo. Sementara
Bejo ingin menikah dengan perempuan lain yang tidak lain adalah tetangga di daerah rumah mereka. Pelukis telah menjual lukisan Sumi kepada kolektor asing.
c) Masalah memuncak
Sumi kesal dan merasa dikecewakan oleh Bejo dan Pelukis, sehingga ia berniat untuk membunuh mereka berdua.
d) Antiklimaks
Sumi dilarang Pardi untuk membunuh Pelukis, ia lantas melamar Sumi agar mau menjadi istrinya.
e) Penyelesaian
Sumi menikah dengan Pardi.
5. Sudut Pandang
Orang Ketiga. Alasan : karena penulis menceritakan kisah perjuangan
seorang wanita bernama Sumi yang ingin bebas dari siksaan suaminya,
Bejo dan ingin meraih kebahagiaan dan kebebasannya kembali.
6.
Gaya Bahasa
gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahasa
sehari-hari yang mudah dicerna oleh para pembaca. Meskipun ada beberapa
ungkapan-ungkapan yang memiliki arti konotasi, di antaranya : Kedip lampu
jalanan aneh, membuat dia merasa kangen dengan kebun jati.. (Majas personifikasi), yang berarti nyala lampu traffic light yang
diibaratkandengan aktivitas manusia (mengedipkan mata). Dan keduanya kini membiarkan dia terlempar ke kamar sempit ini. (Majas
hiperbola), yang berarti melebih-lebihkan sesuatu. Kalimat yangberarti berada
di suatu tempat di-hiperbola-kan menjadi terlempar. Di sisi lain, di kebun jati, Sumi merasa sulit bernapas. (Majas
hiperbola), yang berarti melebih-lebihkan sesuatu. Kalimat yangberarti merasa
terkekang dengan keadaan yang ada di-hiperbola-kan menjadimerasa sulit
bernapas.
7.
Amanat
a.
Kita harus berani memperjuangkan apa yang kita
cita-citakan.
b.
Dalam bertindak, kita tidak boleh menuruti
hawa nafsu.
c.
Kita harus menepati janji
d.
Kita harus bertindak sesuai dengan apa yang
kita ucapkan.
Nama Lengkap : Ratna
Indraswari Ibrahim
Profesi : -
Tempat Lahir : Malang
Tanggal Lahir : Minggu, 24 April 1949
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia
Profesi : -
Tempat Lahir : Malang
Tanggal Lahir : Minggu, 24 April 1949
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia
BIOGRAFI
Ratna Indraswari dikenal sebagai seorang sastrawan yang telah melahirkan
lebih dari 400 karya sastra yang dengan semangat juangnya berusaha melawan
segala keterbatasan yang ia miliki. Dengan kemampuan fisik yang nyaris tidak
berfungsi, ia telah melahirkan ratusan karya sastra secara produktif sejak
masih berusia muda hingga akhir hayatnya.
Kondisi fisiknya mulai bermasalah sejak usia 13 tahun ketika ia mengalami
penyakit rachitis (radang tulang) yang mengakibatkan kedua kaki dan tangannya
tidak berfungsi secara normal. Dalam menciptakan karyanya, ia selalu
mendiktekan kepada para asistennya untuk mengetik dan kemudian merevisinya. Ia
dikenal sebagai sosok yang tegas dan merupakan pemimpin yang benar-benar
disegani.
Dibalik kursi rodanya, ia menciptakan berbagai karakter dalam cerpen dan
novelnya yang pada umumnya mengisahkan perjuangan perempuan dalam menghadapi
proses subordinasi yang sedang dialami. Bakat menulisnya didapat dari eyang
buyutnya yang merupakan seorang narator cerita di daerah Minang.
Karya dari Ratna Indraswari antara lain : berupa kumpulan cerpen yang di
muat dalam antologi Kado Istimewa (1992), Pelajaran Mengarang (1993), Lampor
(1994), Laki-Laki yang Kawin dengan Peri (1995), Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan
(1997), Lakon Di Kota Senja (2002) dan Waktu Nayla (2003). Di samping
aktivitasnya sebagai penulis, Ratna Indraswari juga aktif sebagai ketua Yayasan
Bhakti Nurani Malang sejak 1977 dan Direktur I LSM Entropic Malang pada tahun
1991.
Ratna dikenal sebagai pribadi yang tegas, sama sekali bertolak belakang
dengan kondisi difabel seluruh anggota badannya, tangan dan kaki. Dibalik kursi
rodanya, Ratna secara faktual bertindak sebagai pemimpin dan benar-benar
disegani.
Dari aktivitas sosialnya ini, ia mendapat kesempatan untuk mengikuti
berbagai seminar internasional, misalnya Disable People International di
Sydney, Australia, (1993), Kongres Internasional Perempuan di Beijing, RRC
(1995), Leadership Training MIUSA di Eugene Oregon, Amerika Serikat (1997),
Kongres Perempuan Sedunia di Washington DC, Amerika Serikat (1997), serta
pernah mendapat predikat Wanita Berprestasi dari Pemerintah RI (1994). Pada tahun
2001, ia membentuk Forum Kajian Ilmiah Pelangi yang bermarkas di rumahnya, Jl.
Diponegoro 3A Malang, Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar