MAKALAH BAHASA INDONESIA tentang DIALEG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa merupakan komponen terpenting
dalam kelanjutan hidup manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan
baik dan teratur tanpa ada bahasa. Bisa dikatakan bahwa bahasa sebagai bagian
dari kebutuhan primer, sebagai pengatur, bahkan bahasa sebagai senjata yang
paling ampuh untuk membentengi diri dari sesuatu.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan yang menyatukan berbagai bahasa yang ada di wilayah nusantara. Setiap
bahasa mempunyai karateristik berbeda, namun bahasa juga mempunyai banyak ciri
yang hampir mirip tapi tidak sama. Sehingga dari perbedaan itu perlu mengadakan
penelitian yang mendalam supaya dapat dipahami oleh pengguna bahasa atau pun
yang belajar bahasa itu sendiri. Salah satu ciri tersebut adalah bahasa akan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman.” Bahasa itu bersifat dinamis,
tidak terlepas dari berbagai kemungkinan yang sewaktu-waktu dapat terjadi ”,
(Chaer, 1995: 117). Di Indonesia kita mengenal adanya bahasa nasional (=bahasa
persatuan, bahasa resmi, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasakebudayaan) dan
bahasa daerah. Keragaman bahasa tersebut merupakan subsistem-subsistem bahasa
yang berbeda, yang banyak mengandung permasalahan yang kompleks dan
menghasilkan suatu variasi ragam yang berbeda ( Saefi, 2007).
Bahasa merupakan salah satu aspek
kebudayaan yang penting, yang menjadi kunci terbaik untuk memahami kehidupan
masyarakat dalam segala bentuknya. Yang perlu kita pahami adalah hubungan dan
bentuk bahasa yang bagaimana yang terjadi antara bahasa dan masyarakat sebagai
pengguna bahasa itu sendiri. Jawabanya adalah adalah hubungan antara
bentuk-bentuk bahasa tertentu yang sering disebut variasi, ragam atau dialek
dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu di dalam masyarakat, (Chaer,
1995 : 50).
Faktor lingkungan
dapat mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek
didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa
Indonesia.
Kita banyak menemukan variasi, ragam
atau dialek di tengah-tengah lingkungan masyarakat sebagai penutur, tetapi kita
masih belum membedakan manakah yang menjadi pola dalam penggunaannya, sehingga
dalam memenuhi pengertian tentang analisis suatu bahasa menjadi lebih terarah
dan mudah dipahami.
Sampai saat ini, usaha untuk memaparkan
dengan jelas dan tegas batas-batasyang membedakan bahasa dan dialek masih juga
belum berhasil memperoleh rumusanyang memuaskan (Ayatrohaedi,1983 : 1). Oleh
karena itu, penutur diharapkan dapatmembedakan dialek dengan variasi bahasa
yang lain agar tidak terjadi salah pengertian , membedakan ragam dialek dengan
ragam bahasa yang lain. Disamping itu, penutur juga diharapkan dapat menjaga
kelestarian bahasa daerahnya sehingga tidak menuju ke arah perkembangan yang
memburuk.
Penggunaan dialek oleh penutur dalam
berbahasa secara umum berbeda dengan daerah satu dengan daerah yang lain.
Sebagai contoh perbedaan dialek antara penduduk didaerah perkotaan dengan
pedesaan. Meskipun penutur menggunakan bahasa indonesia dalam
perkomunikasiannya akan timbul perbedaan berupa intonasi, jeda dan kevariasian
pengucapan kata-kata tertentu. Variasi penggucapan kata-kata tertentu ini
dimaksudkan untuk menekankan suatu makna atau mempertegas makna itu. Jika dalam
suatu keadaan seseorang yang berasal dari daerah perkotaan dihadapkan dengan
seseorang dari daerah pedesaan untuk berkomunikasi maka akan jelas terlihat
perbedaan dialek yang dipakai oleh keduanya. Perbedaan dialek yang bervariasi
inilah yang akan mempengaruhi keefektifan dalam berkomunikasi dan layak untuk
kita pelajari dan pahami.
1.2. Rumusan
Masalah
Makalah ini dibuat dengan maksud
untuk meneliti, mempelajari serta memahami tentang variasi dialek yang
digunakan oleh penutur yang berasal dari perkotaan dan penutur yang berasal
dari daerah perdesaan. Variasi ini juga berpengaruh terhadap keefektifan
berbahasa dalam komunikasi pergaulan. Pergaulan disini kami batasi hanya dalam
ruang lingkup asrama C Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D III Kebidanan Kampus
Bangkalan. Oleh karenaitu, penulis akan menguraikan beberapa hal yang
berhubungan dengan kevariasian dialek yang terfokus pada mahasiswa berasal dari
suku jawa. Hal-hal tersebut adalah :
1. Bagaimana
macam dialek pada mahasiswa yang bersuku jawa?
2. Apakah
penggunaan dialek dalam berbahasa cukup efektif dalam komunikasi bahasa
indonesia?
1.3 Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang
diharapkan akan tercapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
perbedaan dialek yang digunakan oleh mahasiswa yang bersuku jawa
2. Mengetahui
keefektifan penggunaan dialek dalam komunikasi bahasa indonesia
1.4 Metode
Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini,
peneliti memakai metode observasi sebagai metode pengumpulan data dengan
mengambil 35 respoden bersuku jawa yang ada di asrama C Poltekkes Kemenkes
Surabaya Prodi D III Kampus Bangkalan. Teknik pengumpulan data yang kami pilih
adalah data kulitatif primer.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam
Dialek Bersuku Jawa
Bahasa merupakan unsur yang sangat
vital dalam berkomunikasi, yakni sebagai alat komunikasi yang paling utama.
Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam
melaksanakan hubungan sosial dengan sesamanya, manusia sudah menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi sejak berabad – abad silam. Bahasa merupakan sebuah
sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbriter, produktif, dinamis, beragam,
dan manusiawi (Chaer dan Agustina, 1995 : 14). Namun, secara tradisional bahasa
merupakan alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, dan perasaan. Fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi manusia baik berbentuk lisan maupun tulisan, pada hakikatnya
merupakan sebuah sistem yang terdiri atas beberapa unsur yang saling mendukung.
Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang disebut expression,
information, exploration, persuation, dan entertainment (Michel, 1967 :23).
Fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi antar daerah yang ada di Indonesia ini masih mendapat pengaruh dari
dialek masing-masing daerah. Perbedaan dialek di daerah satu dengan daerah
lainnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini juga termasuk
letak geografis, psikologis penduduk sekitar, kebudayaan, serta pengaruh
akulturasi budaya asing. William F. Mackey (1962) melukiskan adanya empat hal
yang dapat memberikan kedwibahasaan, yaitu (1) tingkat kedwibahasaan, (2)
fungsi, (3) alternasi, (4) interferensi. Fungsi dibagi dua yaitu fungsi
internal dan fungsi eksternal. Fungsi eksternal melukiskan pemakaian bahasa
menurut lingkungan pemakainya. Pemakaian bahasa dalam setiap lingkungan atau
daerah sentuh bahasa ditentukan oleh beberapa variabel yaitu (1) lamanya, (2)
kekerapannya, dan (3) dorongan-dorongan yang menyebabkan adanya pemakaian
bahasa.
Lingkungan pemakaian bahasa atau
daerah sentuh bahasa dapat terjadi (1) di rumah, (2) di masyarakat, (3) di
sekolah, (4) dalam media massa, dan (5) dalam korespondensi. Pemakaian bahasa
di suatu tempat memengaruhi kebakuan kata yang diucapkan. Misalnya, antara di
lingkungan rumah dengan dalam korespondensi yang menyangkut suatu tempat
kepemerintahan atau instansi. Seringkali dijumpai dalam situasi-situasi formal
akan menuntut seseorang memakai bahasa baku dan sedikit meninggalkan dialek
daerahnya.
Jika membahas tentang penggunaan
dialek dalam berbahasa, pada umumnya dibenarkan meskipun banyak dari
penggunaannya yang menyalahi kaidah-kaidah kebahasaan. Pada daerah tertentu,
dialek banyak yang merubah jeda, intonasi bahkan penambahan huruf
vokal dan penekanan dalam kata-kata tertentu. Misalnya, penghuni asrama C di
Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi DIII Kebidanan Kampus Bangkalan berasal dari
berbagai kota, seperti: Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Lampung, Tuban,
Mojokerto, dsb. Dari setiap daerah, perbedaan dialek terlihat pada penambahan
huruf vokal dan penekanan kata-kata tertentu seperti kata ‘lama’ menjadi
‘luama’. Penekanan ini dimaksudkan untuk menegaskan arti kata untuk
mengisyaratkan ‘lebih’ atau ‘sangat’.
Berikut ini adalah beberapa contoh
kata, terkait dengan dialek yang terlihat dari penambahan huruf vokal dan penekanan
kata.
a. Dialek
dari Mojokerto
Terdapat penekanan dan penambahan
huruf vokal “u” untuk mengisyaratkan “lebih” atau “sangat”.
No
|
Kata Baku
|
Pengucapan Berdasarkan Dialek
|
1
|
Lama
|
Luama
|
2
|
Bagus
|
Buagus
|
3
|
Lemas
|
Luemas
|
4
|
Licin
|
Luicin
|
5
|
Jahat
|
Juahat
|
6
|
Sakit
|
Suakit
|
7
|
Mahal
|
Muahal
|
8
|
Enak
|
Uenak
|
9
|
Mantap
|
Muantap
|
10
|
Panjang
|
Puanjang
|
11
|
Ngantuk
|
Nguantuk
|
12
|
Malas
|
Mualas
|
13
|
Lapar
|
Luapar
|
14
|
Gemuk
|
Guemuk
|
Adapun contoh dalam kalimat sebagai
berikut :
· Jangan
lewat situ, karena di situ luicin.
· Kaki
ku lho suakit cak.
b. Dialek
dari Sidoarjo dan Surabaya
Terdapat penekanan pada pelafalan
huruf “b” , “d” dan “j” atau yang sering disebut dengan “medok”. Serta logatnya
cenderung sedikit kasar dan lantang dalam pengucapan.
Contoh dalam kalimat lisan :
· Perkenalkan
nama saya Gita Swastiara Adi dari Sidoarjo. (terdapat penekanan
pada huruf
· Bidan cantik,
harap diam.
c. Dialek
dari Trenggalek
Intonasi pengucapan kata lebih halus
dan cenderung pelan serta dengan pembawaan kalem dan lebih sopan.
Contoh dalam kalimat lisan :
· Permisi
mbak, untuk panitia ESQ kumpul jam 7 ya mbak, terima kasih.
· Maaf
mbak, Sampean PJMK mata kuliah KDK ya?
· Saya
boleh minta bantuan untuk mengembalikan alat ke labolatorium.
d. Dialek
dari Lamongan
Intonasi cenderung cepat, hampir
tidak terdapat jeda, terdapat pengelompokan beberapa kata khusus yang khas
seperti “igak”, dan pada umumnya untuk menyambung kalimat yang satu
dengan kalimat yang selanjutnya menggunakan kata “-lha”.
Contoh dalam kalimat lisan:
· Begini
loh bu, kami itu seharusnya hari ini ada kuliah KDK, lah... ibu
ternyata tidak bisa hadir ...”
2.2 Pengaruh
Dialek Dalam Komunikasi Bahasa Indonesia
Dialek adalah variasi bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat
wilayah atau area tertentu (menurut Abdul Chaer). Pengucapan bahasa
indonesia dipengaruhi oleh dialek karena indonesia sendiri terdiri dari
beberapa suku dan daerah yang tersebar luas dari Sabang sampai Marauke. Dialek
tersebut biasanya dipengaruhi oleh bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang
dipelajari dalam keluarga. Pengucapan bahasa indonesia berdasarkan wilayah
tertentu, ada yang merubah pengucapan dari kata asli misalnya dengan penambahan
huruf vokal dan terdapat penekanan-penekanan tertentu seperti yang telah kami
tuliskan di atas.
Hal tersebut memiliki pengaruh
positif dan negatif dalam komunikasi. Pengaruh positif penggunaan dialek dalam
komunikasi sehari-hari seperti :
1) Dianggap
lebih komunikatif jika digunakan oleh penutur yang sama-sama dari suku jawa,
2) Sebagai
sarana mengakrabkan diri,
3) Penutur
lebih nyaman karena dialek yang mereka ucapkan merupakan bahasa ibu.
Disisi lain, pengaruh negatif
penggunaan dialek dalam komunikasi juga bermacam diantaranya :
1) Menyalahi
kaidah-kaidah bahasa baku,
2) Dialek
tersebut akan terbawa meskipun dalam komunikasi formal,
3) Jika
penutur tetap memakai dialeknya, tidak semua lawan bicara mengerti apa yang
dimaksudkan dikarenakan lawan bicara tidak hanya berasal dari daerah yang sama
dengan penutur.
Selain beberapa dampak-dampak yang
telah kami sebutkan diatas, terdapat suatu keistimewaan yang kami temukan dalam
penggunaan dialek saat berkomunikasi memakai bahasa Indonesia dengan teman
tidak sedaerah, yaitu mempermudah mengenali seseorang yang mengunakan dialek
tersebut. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu ini
terlihat jelas ketika dua penutur dengan dialek yang berbeda menggunakan bahasa
Indonesia. Selain sangat berfungsi dalam berkomunikasi, bahasa indonesia dapat
menjadi bahasa pengantar untuk mengenali kebudayaan yang beragam di
masing-masing daerah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Macam-macam:
1) Dialek
dari mojokerto
Terdapat penekanan dan penambahan
huruf vokal “u” untuk mengisyaratkan “lebih” atau “sangat”.
2) Dialek
dari Sidoarjo dan Surabaya
Terdapat penekanan pada pelafalan
huruf “b” , “d” dan “j” atau yang sering disebut dengan “medok”. Serta logatnya
cenderung sedikit kasar dan lantang dalam pengucapan.
3) Dialek
dari Trenggalek
Intonasi pengucapan kata lebih halus
dan cenderung pelan serta dengan pembawaan kalem dan lebih sopan.
4) Dialek
dari Lamongan
Intonasi cenderung cepat, hampir
tidak terdapat jeda, terdapat pengelompokan beberapa kata khusus yang khas
seperti “igak”, dan pada umumnya untuk menyambung kalimat yang satu
dengan kalimat yang selanjutnya menggunakan kata “-lha”.
b) Pengaruh
Dialek Dalam Komunikasi Bahasa Indonesia
Pengaruh positif penggunaan dialek
dalam komunikasi sehari-hari seperti :
1) Dianggap
lebih komunikatif jika digunakan oleh penutur yang sama-sama dari suku jawa,
2) Sebagai
sarana mengakrabkan diri,
3) Penutur
lebih nyaman karena dialek yang mereka ucapkan merupakan bahasa ibu.
Disisi lain, pengaruh negatif
penggunaan dialek dalam komunikasi juga bermacam diantaranya :
(1) Menyalahi kaidah-kaidah bahasa
baku,
(2) Dialek tersebut akan terbawa
meskipun dalam komunikasi formal,
(3) Jika penutur tetap memakai
dialeknya, tidak semua lawan bicara mengerti apa yang dimaksudkan dikarenakan
lawan bicara tidak hanya berasal dari daerah yang sama dengan penutur.
3.
2 Saran
Penggunaan dialek sebaiknya
memperhatikan situasi dan kondisi. Apabila sedang berada dalam situasi informal
penggunaan dialek dapat ditoleransi sebagai sarana untuk mengakrabkan diri dan
kenyamanan dalam berkomunikasi dengan kelompoknya. Namun, jika sedang dalam
kondisi formal penutur diharap dapat menempatkan dirinya untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku, karena
tidak semua lawan bicara mengerti bahasa dialek yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://puramoz.blogspot.com/2012/05/pengertian-dialek.html
Faizah, Umi17 April 2009.
Bahasa Indonesi, Antara Variasi dan Penggunaan.(online)
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/skripsi-analisis-bahasa-dialek-kempo-di.html (diakses 4 desember 2012)
http://rinihardiyantipln.blogspot.com/2012/09/tugas-1-bahasa-dan-dialek-lokal-sebagai.html, Sabtu 29 September 2012, diakses 4 desember 2012
Depdiknas. 1998. Tata bahasa baku
Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Rohman , Taufik.dkk.2006. Antropologi 1. Jakarta: Yudhistira.
Rohman , Taufik.dkk.2006. Antropologi 1. Jakarta: Yudhistira.
http://nurul-setyawan.blog.ugm.ac.id/2011/11/09/3/, 09 november 2011, diakses 4 desember 2012
http://jaririndu.blogspot.com/2011/10/bahasa-sebagai-alat-komunikasi.html, diakses 4 desember 2012
Chaer Abdul dan Agustina Leonie.
2004. Sosio Linguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Persada.
http://rizkimasbox.blogspot.com/2012/09/perkembangan-dialek-di-kabupaten-ciamis.html
, diakses 4 desember 2012
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Antar Kota.
Char, Abdul. 1989. Ragam
Bahasa Indonesia Yang Baku. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunn
Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta.
Hidayatullah, Muhammad. 2009. “Apa
Bahasa Itu? Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli”. (online).
(http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli,
diakses pada 04 desember 2012).
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_into494/html,
diakses pada 04 desember 2012.
Saragih, Ferdinaen. 2009. “Hubungan
Masyarakat dan Bahasa”. (online).
(http://ferdinaen01.blogspot.com/2009/02/hubungan-masyarakat-dan-bahasa/html,
diakses pada 04 desember 2012).
Sumarsono dan Paina Partana.
2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kapita
Selekta Sosiolinguistik. Surabaya : Usaha Nasional.
Wijaya, I Dewa Putu dan Muhammad
Rohmadi. 2010. Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
http://fahrinclimber.blogspot.com/2012/03/makalah-sosiolinguistik-bahasa-dan.htmldiakses pada 04 desember 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar