BARONGSAI
A.
Pengertian Barongsai
Barongsai
adalah tarian tradisional Cina denganmenggunakan kostum yang menyerupai singa.
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini
bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi.
B.
Sejarah Barongsai diCina
”Barongsai”
yang dikenal dengan舞狮wǔshī merupakan
tari tradisional rakyat Cina yang sudah ada sejak abad 3 SM. Hal ini
berhubungan dengan kisah mitologi yang berkembang pada masa Dinasti Tang (618 –
906). Suatu ketika salah seorang raja bermimpi bertemu dengan mahluk yang
menyelamatkanya. Keesokan hari sang raja bertanya kepada salah seorang
menterinya dan menceritakan bentuk mahluk yang hadir dalam mimpinya. Menteri
mangatakan bahwa mahluk itu adalah singa yang datang dari Barat (India). Raja
kemudian memerintahkan agar menteri membuat replika mahluk yang menyelamatkan
hidupnya. Sejak saat itu singa menjadi simbol keberuntungan, kebahagiaan dan
kesejahteraan. Walaupun singa bukan binatang asli Cina, kreasi bentuknya
digunakan sebagai hadiah bagi kaisar dari generasi ke generasi. Ragam hias
bentuk singa pun tidak terlau banyak muncul dalam ragam hias Cina tradisional
karena ragam ini diperkenalkan oleh pengaruh Budhisme yang masuk ke Cina
sebagai simbol pembela kebenaran dan penjaga bangunan suci.
Biasanya
Barongsai dipentaskan pada kesempatan pesta atau perayaan tradisional Cina,
misalnya Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh. Tarian ini biasanya ditampilkan
sebagai sebuah tarian yang diiringi oleh tabuhan kendang dan genderang, juga
simbal, alat-alat musik khas Cina. Suasana amat riuh dan sekaligus
mengairahkan. Barongsai berbentuk seekor singa, yang berkepala besar sekali,
dengan mulut menganga, gigi lancip dan taring besar serta mata yang melotot
keluar, kelihatan menyeramkan. Tapi wajah dan kepala singa dihias indah,
sehingga malah berkesan lucu. Tubuh singa bersisik-sisik, dan pada bagian
belakang terdapat ekor yang kecil. Satu Barongsai dimainkan oleh dua orang,
bagian kepala dan bagian badan. Dua orang ini memang harus sangat kompak
sehingga Barongsai benar-benar kelihatan menari, dengan indah dan lincah. Tidak
jarang Barongsai dipentaskan dalam gerak akrobatik yang memukau sekaligus
mendebarkan. Inilah yang menambah daya tarik Barongsai. Selain diiringi
genderang dan simbal, Barongsai juga sering dipentaskan dengan iringan
letupan petasan, yang memekakkan telinga. Petasan dipercayai dapat
menakut-nakuti serta menghalau roh jahat, dan sekaligus membawa keberuntungan
dan kemakmuran.
Kesenian
Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589
Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan
pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama
Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu.
Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda.
Tarian Singa terdiri dari dua jenis
utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan
Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan
yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat.
Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan
binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan
juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras
dan melonjak – lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur,
gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki
empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai
adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah
‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air
yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini
berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
C.
Sejarah Barongsai di Indonesia
Kata
“barongsai” tidak dikenal dalam bahasa asal permainan ini. Kiranya ada
pergeseran dalam hal pengucapan. Kata ‘Barongsai’ bisa sepenuhnya berasal dari Bahasa
Hokkian ‘bbu lang say’ (舞弄狮) dilafalkan ‘bulangsai’ oleh kelompok
masyarakat berbahasa Hokkian dan terdengar ‘barongsai’ oleh penduduk local.
Sejarah
masuknya barongsai ke Indonesia belum dapat diketahui secara pasti. Kemungkinan
barongsai muncul dan berkembang di Indonesia pada masa keemasan ketika warga
Cina masuk dalam kategori penduduk Hindia Belanda golongan Timur Asing. Pada
masa kolonial, para imigran Cina yang datang ke Indonesia sudah cukup mapan
untuk mengadakan acara pertunjukan barongsai. Pada masa itu barongsai menjadi
bagian dari kegiatan di klenteng-klenteng yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera
dan Kalimantan. Klenteng Dhanagun (Bogor), misalnya, didirikan pada abad ke-18
dan memiliki kelompok pemain barongsai. Saat itu pertunjukkan
Barongsai masih erat kaitannya dengan tradisi dan upacara keagamaan. Tradisi
Barongsai masuk ke Indonesia diperkirakan datang bersama para imigran Cina yang
berasal dari Provinsi Guangdong, sebagai terlihat dari bentuk barongsai yang
ada di Indonesia.
Di
Indonesia ditemukan varian lain dari barongsai, yaitu Kielin. Kielin (麒麟)yang dimiliki oleh kelompok silat PGB ”Bangau Putih” ini
merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Oleh karenanya Kielin
satu-satunya ini sangat dihormati oleh semua Barongsai yang ada di Indonesia.
Bersama tiga binatang lain yaitu burung Hong, Naga, dan Harimau, Kielin
dianggap sebagai binatang suci. Tarian Kielin ini dibuat dengan karakter Kielin
binatang tunggangan para dewa dalam tradisi Cina klasik. Kielin menjadi
istimewa karena karakteristik tarian yang jauh dari kesan dinamis, walaupun
tetap atraktif.
Memasuki
masa Republik Indonesia, Barongsai tetap dapat dipentaskan. Barongsai dimainkan
pada acara dan festival etnis Cina, seperti Tahun Baru Imlek. Klenteng-klenteng
biasanya menjadi pusat kelompok Barongsai. Salah satunya adalah Bio Hok
Tek Ceng Sin di Bogor, yang sudah berdiri sejak tahun 1950-an. Dalam
jangka waktu 30 tahun lebih barongsai lenyap dari wilayah publik di Indonesia.
Kalau toh dimainkan, hal itu terjadi secara sembunyi-sembunyi.
Suharto
jatuh pada Mei 1998, dan sebelumnya pecah Peristiwa Mei 1998 yang terdiri dari
penjarahan dan pembakaran toko-toko milik etnis Cina. Dua peristiwa ini secara
kebetulan membuka ruang kebebasan etnis Cina. Kemarahan dan frustrasi akibat
Peristiwa Mei itu menemukan penyalurannya begitu pintu “reformasi” dibuka
setelah Suharto dilengserkan. Bersama dengan kelompok-kelompok lain, kelompok
etnis Cina juga menuntut diakhirnya otoritarianisme di Indonesia. Pada
kesempatan yang sama etnis Cina mengambil langkah membebaskan diri dari
kungkungan peraturan yang diskriminatif dari masa Suharto.
Barongsai
muncul sebagai bentuk ekspresi kebebasan ini. Tanpa mengindahkan peraturan
maupun perundangan yang masih berlaku, permainan Barongsai dimainkan lagi di
beberapa tempat. Tapi baru pada tahun 2000 Barongsai secara resmi boleh
dipentaskan, yaitu sejak Presiden Abdurahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar